Sugeng Wangsul Pakde Didi

5 April 2020, sehabis sahur, karena masih merasa ngantuk, saya beranjak ke tempat tidur, tetapi tidak tidur. Entah apa yang terjadi, tetiba teringat akan kematian, yang juga pernah saya impikan beberapa waktu lalu. Dalam mimpi saya, jelas tergambarkan ketika seseorang mati, dia hanya akan punya teman sampai dia masuk ke liang lahat. Setelahnya, dia akan sendirian. Sendirian menghadapi dan menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir.

Apakah saya takut dengan mimpi dan ingatan akan hal kematian tersebut? Jelas! Sejujurnya, saya belum siap, dan mungkin banyak dari kita yang belum siap dengan kematian, yang datangnya nyaris tidak bisa kita ketahui.

Sekitar pukul 08.46, saya membuka HP, mendapati salah satu teman membagikan tautan berita mengenai meninggalnya Didi Kempot. Kaget? Pasti! Ga nyangka secepat itu.

Tapi sejujurnya, pasca Ngobam Gofar Hilman bareng Didi Kempot pada pertengahan Juli 2019, yang memperlihatkan antusiasnya para milenial, yang diikuti dengan kembalinya Didi Kempot ke panggung hiburan nasional, sempet terfikir soal Mbah Surip Tak Gendong Kemana-Mana.

Loh kok kesitu? Iya, kesitu.

Ingat waktu Mbah Surip tenar gegara Tak Gendong Kemana-Mana, terus kemudian dia banjir job manggung off-air dan on-air, dan tidak lama akhirnya Tuhan memanggilnya? Pun begitu dengan Didi Kempot, sempat terlintas dalam benak saya, jika tidak menyempatkan beristirahat dengan baik, bisa jadi Didi Kempot ini akan memiliki cerita yang sama dengan Mbah Surip. Bens Leo menyampaikan bahwa dalam satu bulan, Didi Kempot bisa manggung 30 kali. Bahkan satu hari bisa tiga kali manggung.

Jika temen-temen perhatikan, raut wajah lelah Didi Kempot ini sudah terlihat jelas. Konser Amal bareng KompasTV, itu memperlihatkan dengan jelas raut lelah wajah beliau.

Meskipun begitu, Konser Amal tersebut berhasil mengumpulkan 7,6M dalam waktu tiga jam. Itu luar biasa. Pasca konser amal tersebut, tugas berikutnya adalah menyalurkan dananya kepada yang membutuhkan. Dan, menurut Rosiana Silalahi, senin malam sebelum Didi Kempot berpulang, beliau sempat menghubunginya untuk menyampaikan bahwa seluruh donasi dari konser amal bareng KompasTV sudah seluruhnya didistribusikan.

Ada hal menarik disini, Didi Kempot berpulang setelah menyelesaikan tanggungjawab mendistribusikan donasi dari konser amalnya bareng KompasTV. Tuhan memanggil beliau disaat beliau sudah menyelesaikan tanggungjawab besarnya, yang merupakan amanah dari seluruh masyarakat Indonesia yang berdonasi di konser amal beliau. Mungkin ini akan menjadi timbangan baik beliau di akhirat nanti. Entahlah.

Di media sosial, banyak sekali yang meyakini bahwa Didi Kempot adalah orang yang baik, dan banyak yang mendoakan beliau masuk surga. Pun begitu dengan saya. Saya juga befikiran hal yang sama.

Didi Kempot ini patut menjadi panutan. Seniman yang memiliki komitmen yang luar biasa terhadap seni, berjiwa sosial yang tinggi, berjiwa solidaritas tinggi, sederhana, dan rendah hati. Beliau tidak berubah meski popularitas dan reputasinya melambung tinggi. Beliau tetap Didi Kempot yang biasa. Popularitas dan reputasinya juga tidak membuatnya untuk merubah Didi Kempot yang biasa itu. Didi Kempot yang biasa dengan jiwa sosial tinggi. Didi Kempot yang biasa berjiwa solidaritas tinggi. Didi Kempot yang biasa dengan kesederhanaanya. Didi Kempot yang biasa dengan kerendahan hatinya.

Sugeng wangsul dhateng Gusti, Pakde Didi. Mugi Gusti paring suargi kagem panjenengan. Aamiin YRA.

Pondok Kopi, 7 Mei 2020.

Comments