Mencoba Lubuntu

Banner for Lubuntu

Kurang lebih, sudah satu minggu ini saya menggunakan Lubuntu, 20.04(Focal Fossa), yang merupakan varian resmi dari Ubuntu.

LinuxMint berat, ke Lubuntu saja

Sebelumnya, saya menggunakan LinuxMint 19.3-cinnamon, yang sama-sama berbasis Ubuntu. Hanya saja, LinuxMint versi 19.3-cinnamon ini ternyata memang lumayan berat. Ketika sedang menggunakannya, beberapa kali slow respon dan bahkan no respon. Padahal, secara spesifikasi, laptop saya lebih dari cukup dari kebutuhan minimal LinuxMint 19.03-cinnamon. Spesifikasi laptop saya, CPU Intel i3 dengan RAM 4 gigabytes.

Benar saja, setelah membaca forum LinuxMint, beberapa orang menyampaikan keluhan bahwa LinuxMint 19.3 memang berat, terutama penggunaan CPU-nya. Dan sejujurnya, keluhan ini tidak terjadi di versi 18.

Saya kemudian mencari tahu varian linux yang tergolong ringan. Salah satu rekomendasi terbanyak yang muncul di berbagai ulasan adalah Lubuntu. Dan, saya memutuskan untuk mencobanya. Kebetulan, Lubuntu 20.04 secara resmi sudah dirilis, dihari yang sama dengan rilis resmi Ubuntu 20.04. Oya, Lubuntu 20.04 ini adalah versi Long Term Support/LTS, yaitu versi yang akan mendapatkan dukungan pembaruan dan keamanan hingga April 2023.

Sebagai informasi, siklus rilis Lubuntu ini mengikuti siklus rilis Ubuntu, jadi akan ada rilis setiap enam bulan (bulan keempat ditandai dengan angka 04, dan bulan kesepuluh ditandai dengan 10) di setiap tahunnya. Kemudian untuk versi LTS akan dirilis setiap dua tahun. Versi LTS ini yang biasanya akan menjadi rujukan untuk Ubuntu varian non-resmi, seperti LinuxMint, elementary, dll.

Install Lubuntu

Kembali ke Lubuntu. Saya akhirnya meng-install Lubuntu 20.04 ke dalam laptop saya. Instalasinya cukup mudah. Seperti biasanya, saya membagi partisi harddisk-nya menjadi empat, yaitu:

  1. /boot: 400 megabytes – (ini untuk menyimpan bootloader –wajib ada)
  2. /swap: 6 gigabytes – (ini untuk virtual memory, terutama jika RAM kamu di bawah 2 gigabytes –ga wajib ada)
  3. /root: 20 gigabytes – (ini untuk instalasi Lubuntu-nya –wajib ada)
  4. /home: 430 gigabystes, yang merupakan sisa kapasitas harddisk-nya – (ini untuk menyimpan data-data –wajib ada).

Instalasi berlangsung cukup cepat, kurang dari 15 menit. Dan, berbeda dengan LinuxMint, yang ketika proses instalasi akan lebih baik jika tersambung dengan internet, instalasi Lubuntu tidak harus tersambung dengan internet. Nanti, ketika instalasi selesai, baru disambungkan dengan internet, dan lakukan full upgrade, yang secara otomatis akan muncul ketika kita login Lubuntu untuk kali pertama. Lakukan full upgrade, dan selesai. Lubuntu sudah dapat digunakan.

Oya, harus saya akui, memang sangat ringan. Jauh lebih ringan dibandingkan dengan LinuxMint 19.3-cinnamon. Satu minggu menggunakannya, saya tidak merasakan keluhan laptop saya lambat. Wajib dicoba untuk laptop dengan spesifikasi seadanya.

Tapi, tunggu dulu, sejak versi 19.04, Lubuntu hanya mendukung untuk CPU 64-bit, termasuk Lubuntu 20.04 ini. Untuk laptop dengan CPU 32-bit, masih bisa meng-instal Lubuntu versi 18, tetapi dukungan pembaruan dan keamanannya hanya sampai April 2021.

Aplikasi bawaan

Seperti varian linux yang lain, instalasi Lubuntu ini akan mencakup satu paket aplikasi yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan kita. Mulai dari office, browsing, email, multimedia, dll. Hal ini tentu saja berbeda dengan Microsoft Windows, terutama untuk office-nya, yang ter-instal dalam paket yang berbeda.

Paket aplikasi Lubuntu 20.04 ini mencakup enam aplikasi utama, yaitu:

  • Mozilla Firefox 75 – internet browser.
  • LibreOffice 6.4.2 – word processing.
  • VLC 3.0.9.2 – pemutar musik dan film.
  • Trojitaemail client.
  • qpdfview – PDF reader.
  • Transmission – bittorrent.

Selain aplikasi-aplikasi tersebut, masih banyak aplikasi-aplikasi lain yang terinstall. Aplikasi-aplikasi ini akan terus mendapatkan dukungan pembaruan dan keamanan ketika rilis terbaru tersedia.

Tidak puas dengan aplikasi bawaan, ganti saja

Setelah Lubuntu dan aplikasi bawaannya ter-instal, ternyata ada beberapa aplikasi yang menurut saya tidak mudah untuk dioperasikan. Misalnya, Trojita, qpdfview, dan Transmission. Permasalahan sesungguhnya bukan hanya soal tidak mudah untuk dioperasikan, tetapi juga karena saya kurang familiar dengan aplikasi-aplikasi tersebut.

Trojita. Sebenarnya saya tertarik untuk menggunakan aplikasi ini sebagai email client saya. Tetapi ternyata set up-nya tidak mudah. Untuk bisa menggunakan Trojita untuk Gmail saya, saya harus menurunkan level keamanan Gmail saya supaya bisa terhubung dengan Trojita. Saya mencobanya, menurunkan level keamanan Gmail saya, meskipun Gmail tidak menyarankan ini. Dan benar, Trojita bisa mengakses Gmail saya. Tetapi ternyata, dalam beberapa waktu, Gmail secara otomatis kemudian mengembalikan level keamanannya ke level yang lebih tinggi, sehingga Trojita tidak bisa mengakses Gmail saya. Alhasil, saya harus kembali ke email client yang biasa saya gunakan, Mozilla Thundirbird, yang bisa terhubung dengan baik dengan Gmail.

Saya juga mengganti qpdfview dengan Evince. Kemudian mengganti Transmission dengan Deluge. Selebihnya, saya meng-update aplikasi bawaan Lubuntu 20.04 dengan versi terbaru yang tersedia. Dan, menghapus beberapa aplikasi yang tidak saya butuhkan, seperti K3b, yang merupakan aplikasi untuk CD burning. Karena laptop saya tidak ada optical drive-nya, saya tidak membutuhkan aplikasi K3b tersebut.

Oya, Lubuntu ini juga bisa diinstal beberapa aplikasi video conference, seperti Skype, Microsoft Teams, dan zoom. Ketiga aplikasi tersebut berasal dari repositori resmi dari perusahaan pembuatnya, yaitu Microsoft untuk Skype dan Microsoft Teams, dan zoom sendiri. Sehingga tidak perlu khawatir akan kestabilan dan keamanannya. Pembaruan juga bisa dilakukan ketika versi terbaru juga sudah tersedia.

LibreOffice bermasalah, di-tweak saja

Saya cukup senang dengan performa Lubuntu 20.04 ini, hingga saya menemukan masalah pada penggunaan LibreOffice-nya. Ada dua masalah utama yang muncul:

  1. Convert file LibreOffice ke PDF tidak berfungsi. File LibreOffice yang saya convert ke PDF, hasilnya adalah halaman kosong. Font-nya tidak terbaca di hasil PDF-nya. Tetapi underline, strikethrough, tabel, dan gambar, terbaca dengan baik di PDF-nya. Font-nya saja yang tidak terbaca atau tidak berhasil di-render ke PDF.
  2. LibreOffice sering restart sendiri, terutama jika digunakan untuk membuka file dari Microsoft Office atau file yang dibuat di komputer lain. Dan ternyata, saya juga mendapati, file yang saya buat di Lubuntu saya, juga membuat LibreOffice restart sendiri.

Saya mencoba mencari solusi untuk dua permasalahan tersebut, termasuk bertanya ke Lubuntu Team di situs Lubuntu. Dan ternyata, permasalahan ini juga sudah disebutkan dalam rilis Lubuntu 20.04 tersebut, termasuk dengan solusi sementaranya.

Kenapa saya katakan sebagai solusi sementara, karena solusi itu harus dijalankan secara berulang-ulang ketika kita menyalakan LibreOffice, yang tentu saja membuat sangat tidak nyaman. Saya sebenarnya sempat menemukan solusi permanennya, tetapi hanya untuk masalah No. 1 di atas. Dan solusi ini justru menambah parah masalah No. 2.

Dari berbagai forum yang saya baca, masalah ini ternyata belum ada pemecahan pastinya. Beberapa tweak yang ditawarkan, sudah saya coba, ternyata masih belum berhasil, meskipun ada beberapa yang berhasil. Tetapi ternyata, keberhasilannya juga bersifat sementara.

Salah satu orang, yang anggapan saya, dia adalah salah satu dari Lubuntu Team, yang mencoba untuk mencari solusi atas masalah tersebut, hasilnya cukup membuat gelisah, karena solusinya baru bisa diterapkan di rilis besar LibreOffice berikutnya, yaitu rilis ke-7, yang akan mulai tersedia pada bulan Agustus 2020. Masih sangat lama jika dihadapkan dengan kebutuhan pekerjaan yang bergantung pada word processing yang tersedia di Lubuntu 20.04 ini.

Setelah dua hari mencari solusinya, akhirnya saya menemukan sendiri solusi permanennya.

Lubuntu Menu --> Preferences --> LXQt settings --> Session Settings --> Environment (Advanced) --> Add

Kemudian di bagian Variable Name SAL_USE_VCLPLUGIN, Value-nya diubah dari qt5 menjadi gtk3. Restart. Dan, dua masalah yang saya sebutkan di atas, terselesaikan. Problemo solved!

Namun demikian, saya belum mendapati apakah solusi ini benar-benar solusi permanen atau tidak. Dalam artian, tidak akan memicu masalah lainnya lagi. Tetapi, sejauh ini, satu harian ini, saya tidak menemukan masalah lain yang muncul dari solusi tersebut.

Kesimpulan

Terlepas dari beberapa masalah LibreOffice tadi, saya cukup puas dengan Lubuntu. Ringan dan bekerja dengan baik. Selamat mencoba juga!

Comments