Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah, Termasuk Medianya Juga!

“MINAT BACA MASYARAKAT INDONESIA RENDAH,” KATA BERBAGAI MEDIA.

“INI TERMASUK JURNALISNYA LOH,” KATA SAYA. 

Jadi, ceritanya saya ini sedang resah. Ingin menulis, tapi belum tau mau nulis apa. Belum dapet tema. Trus iseng, googling, apa sih yang membuat minat kita untuk menulis itu rendah? Dari beberapa artikel yang saya baca, salah satu penyebab rendahnya minat menulis adalah rendahnya minat membaca. Wah, berarti minat baca saya rendah juga ya? Buktinya, pengen nulis aja ga kesampaian-kesampaian. 

Trus, googling lagi, spesifik, soal peringkat minat baca atau literasi masyarakat Indonesia. Nah, nemu beberapa artikel juga. Beberapa artikel tersebut menuliskan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti. Laporan beberapa artikel tersebut mengutip laporan yang dilansir oleh Central Connecticut State University (CCSU) dengan tajuk World’s Most Literate Nations (WMLN). Peringkat Indonesia ini beneran parah. Nomor dua dari bawah. 

Penasaran, akhirnya coba ngulik laporan WMLN yang dilansir CCSU. Kebetulan ada situsnya (https://www.ccsu.edu/wmln/). Dari situs tersebut dijelaskan bahwa pemeringkatan ini didasarkan pada kebiasaan membaca masyarakat dan sumber daya pendukungnya. Lebih spesifik, pemeringkatan ini dilakukan berdasarkan lima kategori, yaitu: ketersediaan perpustakaan, langganan surat kabar (cetak maupun online), input dan output pendidikan (input dideskripsikan melalui program wajib belajar dan pengeluaran masyarakat untuk pendidikan, sedangkan output dideskripsikan melalui penilaian literasi), dan terakhir adalah kepemilikan komputer (desktop/laptop) oleh setiap keluarga. 

Nah, menelisik lebih jauh dalam situs CCSU tersebut, saya tidak menemukan peringkat literasi secara agregat, yang ada hanya peringkat berdasarkan masing-masing kategori. Dari masing-masing kategori tersebut, peringkat Indonesia adalah sebagai berikut: untuk kategori ketersediaan perpustakaan (36,6 –Tunisia memiliki peringkat yang sama, tetapi dalam daftar tersebut Indonesia ditempatkan setelah Tunisia, jadi, mungkin peringkat Indonesia adalah 37), langganan surat kabar (55), input pendidikan (54), output pendidikan (45), dan kepemilikan komputer oleh setiap keluarga (60). 

Dari laporan WMLN yang dilansir CCSU ini berarti laporan berbagai media online di Indonesia tidak tepat yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Peringkat 60 dari 61 negara tersebut hanya pada kategori kepemilikan komputer oleh setiap keluarga, sedangkan dalam kategori lainnya, Indonesia ada di peringkat 37, 45, 54, dan 55. Keempat peringkat tersebut memang masih tergolong memalukan, tetapi setidaknya klaim berada di peringkat 60 dari 61 negara itu juga tidak tepat. 

Terlepas dari peringkat tersebut, dari laporan WMLN tersebut terlihat bahwa jurnalis berbagai media tersebut kurang cermat dalam membaca laporan –seandainya tidak boleh dikatakan minat baca mereka juga rendah, sehingga yang ada hanya kebiasaan copy and paste berita dari sesama rekan jurnalis juga, tanpa mau menelisik sendiri dari sumbernya. 

Tapi sebenarnya, perilaku jurnalis yang seperti itu juga banyak sih. Coba googling satu tema berita, pasti akan muncul banyak media online yang memberitakan hal yang sama, dengan data yang sama, dan bahkan alur dan narasi beritanya juga hampir mirip. Dan, sekarang ini, banyak juga jurnalis yang membuat berita berdasarkan status media sosial, youtube, dll. 

Jadi, mungkin jurnalis media harus mulai gemar membaca, biar tidak masuk golongan masyarakat Indonesia yang minat bacanya rendah, –termasuk saya ini. 

Jakarta, 30 Juli 2019

Comments